Jumat, 29 Maret 2013

FUNGSI ACTUATING DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS


2.1    Pengertian Actuating
Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan manejerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan. Actuating adalah Pelaksanaan untuk bekerja. Untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dari aktivitas tesebut, makamanajer mengambil tindakan-tindakannya kearah itu. Seperti : Leadership ( pimpinan ), perintah, komunikasi dan conseling( nasehat). Actuating disebut juga“ gerakan aksi “ mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur-unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai.
          Dengan kata lain actuating adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan berpedoman pada perencanaan (planing) dan usaha perorganisasian.

 Actuating menurut para ahli
v  Terry
Actuating berarti merangsang anggota kelompok melaksanakan tugas dengan antusias dan kemampuan yang baik. Tugas menggerakan dilakukan oleh seorang pemimpin.
v  Keith Davis
Merupakan kemampuan membujuk orang-orang melakukan tugas –tugas yang telah ditetapkan dengan penuh semangat.
Pemimpin yang efektif cenderung mempunyai hubungan dengan bawahan yang sifatnya mendukung (suportif) dan meningkatkan rasa percaya diri menggunakan kelompok membuat keputusan. Keefektifan kepemimpinan menunjukkan pencapaian tugas pada rata-rata kemajuan, keputusan kerja, moral kerja, dan kontribusi wujud kerja. Prinsip utama dalam penggerakan adalah bahwa perilaku dapat diatur, dibentuk, atau diubah dengan sistem imbalan yang positif yang dikendalikan dengan cermat.
Setelah perencanaan dan pengorganisasian selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya yang perlu ditempuh dalam manajemen adalah mewujudkan rencana tersebut dengan mempergunakan organisasi yang terbentuk. Langkah tersebut adalah actuating yang secara harfiah diartikan sebagai memberi bimbingan namun istilah tersebut lebih condong diartikan penggerak atau pelaksanaan.
2.2  Tujuan pergerakan (actuating)
Tujuan fungsi aktuating ( penggerakan ) adalah :
  1. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
  2. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
  3. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
  4. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf
  5. Membuat organisasi berkembang lebih dinamis
2.3  Fungsi penggerakan
Secara praktis fungsi actuating ini merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerjasama diantara staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Fungsi actuating tidak terlepas dari fungsi manajemen melalui bagan dibawah ini :
Ø  Penentuan masalah
Ø  Penetapan tujuan
Ø  Penetapan tugas dan sumber daya penunjang
Ø  Menggerakkan dan mengarahkan
Ø  Memiliki keberhasilan SDM 
Fungsi aktuasi haruslah dimulai dari diri manager dengan menunjukkan kepada staf bahwa dia memiliki tekat untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap lingkungannya. Ia harus memiliki kemampuan kerjasama, harus bersikap obyektif.
fungsi penggerakan yaitu:
1.      Koordinasi kegiatan
Untuk setiap kegiatan yang akan diterapkan sesuai rencana, manajemen harus memastikan bahwa semua kegiatan sebelumnya telah dilaksanakan tepat pada waktunya. Untuk mengkoordinasi pekerjaan tim kesehatan, pekerja kesehatan yang bertugas harus :
  1. Mengkoordinasikan fungsi para aggota tim kesehatan
  2. Mengkoordinasikan kegiatan
  3. Menyampaikan keputusan
  4. Penempatan orang dalam jumlah, waktu dan tempat yang tepat meliputi mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi
  5. Mobilisassi dan alokasi sumber daya fisik dan dana yang diperlukn meliputi :
    1. Pemantauan dan pengawasan
    2. Logistik ( perolehan, penyaluran, penyimpanan, pengiriman, penyebaran dan pengembalian barang )
    3. Akuntasi
    4. Organisasi
  6. Keputusan yang berkenaan dengan informasi yang diperlukan Berkaitan dengan pembuatan keputusan secara umum dan khusus dengan koordinasi kegiatan, manajemen tenaga kerja dan sumber daya selama penerapan.
Fungsi dari Pelaksanaan (actuating) adalah sebagai berikut:
1. Mengimplementasikan proses kepemimpinan,pembimbingan, dan pemberian  motivasi kepada tenagakerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalampencapaian tujuan
2. Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
3. Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
4. Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran danp roduktifitas yang tinggi.      
2.4 Faktor-faktor yang diperlukan dalam penggerakan
 Faktor-faktor yang diperlukan dalam penggerakan diantaranya :
(1). Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar berusaha dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama. Seorang manajer yang tidak memiliki kepemimpinan tidak akan mampu untuk mempengaruhi bawahannya untuk bekerja, sehingga manajer yang demikian akan gagal dalam usahanya. Sifat-sifat kepemimpinan menurut Harold koontz, diantaranya sebagai berikut :
(a). Memiliki  kecerdasan orang-orang yang dipimpin
(b). Mempunyai perhatian terhadap kepentingan yang menyeluruh
(c). Memiliki kelancaran dalam berbicara
(d). Matang dalam berpikir dan emosi
(e). Memiliki dorongan yang kuat dari dalam untuk memimpin
(f). Memahami/menghayati kepentingan kerja sama.
(2). Sikap dan Moril (Attitude and Morale)
Sikap ialah suatu cara memandang hidup, suatu cara berpikir, berperasaan dan bertindak. Oleh karena itu sikap manajer akan berbeda-beda sesuai dengan pola hidupnya. Beberpa sikap manajer diantaranya yaitu :


(a). Sikap feudal (feudal attitude)
Manajer yang mempunyai sikap cara berpikir, berperasaan dan bertindak sesuai dengan pola-pola kehidupan feodalisme, yaitu suka terikat oleh aturan-aturan tertentu yang telah teradat dan selalu ingin penghormatan yang serba lebih. Dengan demikian dalam masyarakat feudal dimana sikap anggota masyarakat sesuai dengan pola hidup feodalisme akan sukar lahir kepemimpinan demokratis dariad para manajer, mengingat manajer tersebut hidup dari masyarakat feudal.
(b). Sikap Kediktatoran (Dictatorial attitude).
Manajer yang bersikap kediktatoran akan berpikir berperasaan dan bertindak sebagai dictator yang mempunyai kekuasaan mutlak, sehingga bawahan, pekerja akan menjadi sasaran daripada kekuasaannya.
(3). Tata hubungan (Communication)
Komunikasi membantu perencanaan managerial dilaksanakan dengan efektif, pengorganisasian managerial dilakukan dengan effektif, penggerakan managerial diikuti dengan efektif dan pengawasan diterapkan dengan efektif. Dalam melakukan komunikasi dalam manajemen ada beberapa macam diantaranya :
(a). Komunikasi intern
yaitu komunikasi yang dilakukan dalam organisasi itu sendiri baik antara atasan dengan atasan atau bawahan dengan bawahan atau antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya.
(b). Komunikasi Ekstern
yaitu komunikasi yang dilakukan keluar organisasi.

(c). Komunikasi Horizontal
yaitu komunikasi yang dilakukan baik intern maupun ekstern antar jabatan yang sama.
(d). Komunikasi Vertikal
yaitu komunikasi yang dilakukan dalam intern organisasi antara atasan dan bawahan atau sebaliknya dalam suasana formil.
(4). Perangsang (Incentive) ;
insentif ialah sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan seseorang bertindak.
(5). Supervisi (Supervision)
Supervisi dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan pengawasan, sehingga suka timbul kekacauan pengertian dengan kata pengawasan sebagai terjemah dari kata control. Menurut Terry Supervsi ialah kegiatan pengurusan dalam tingkatan organisasi dimana anggota manajemen dan bukan anggota manajemen saling berhubungan secara langsung. Dengan demkian tugas supervisor cukup berat karena ia harus dapat menemukan kesalahan-kesalahan dan memperbaikinya, serta memberi petunjuk untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan dan memberi nasehat-nasehat kepada pegawai yang mengalami kesulitan.
(6). Disiplin (Discipline)
Disiplin ialah latihan pikiran, perasaan, kehendak dan watak untuk melahirkan ketaatan dan tingkah laku yang teratur. Jenis disiplin ada dua :
(1) Self Imposed discipline (disiplin yang timbul dengan sendirinya).
(2) Command Discipline (Disiplin berdasarkan perintah).

2.5 Prinsip-Prinsip Penggerakan    
       Menurut Kurniawan (2009) prinsip-prinsip dalam penggerakan/actuating antara lain:  
1. Memperlakukan pegawai dengan sebaik-baiknya  
2. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia     
3. Menanamkan pada manusia keinginan untuk melebihi      
4. Menghargai hasil yang baik dan sempurna
5. Mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih 
6. Memberikan kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup     
7. Memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya    
          Sedangkan menurut Haris (2011) penggerakan yang dilakukan oleh pimpinan harus berpegang pada beberapa prinsip, yaitu: 
a. Prinsip mengarah pada tujuan        
           Tujuan pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa makin efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan anggota terhadap usaha mencapai tujuan. Pengarahan tidak dapat berdiri sendiri,artinya dalam melaksanakan fungsi pengarahan perlu mendapatkan dukungan/bantuan dari factor-faktor lain, seperti perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup, pengawasan yang efektif dan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan anggota.        
b. Prinsip keharmonisan dengan tujuan         
             Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak mungkin sama dengan tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian dengan harapan tidak terjadi penyimpangan yang terlalu besar dan kebutuhan mereka dapat dijadikan sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan perusahaan.
            Semua ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu. Motivasi yang baik akan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang wajar. Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat bekerja dengan baik, dan pada saat itulah mereka menyumbangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi.      
c. Prinsip kesatuan komando 
            Prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan tangggung jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalur didalam melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu pimpinan saja, maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta semakin besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.
2.6 Tahap-Tahap Penggerakan
          Tindakan penggerakan dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
Memberikan semangat, motivasi, inspirasi atau dorongan sehingga timbul kesadaran dan kemauan para petugas untuk bekerja dengan baik. Tindakan ini juga disebut motivating.   
          Pemberian bimbingan melalui contoh-contoh tindakan atau teladan. Tindakan ini juga disebut koding yang meliputi beberapa tindakan, seperti: pengambilan keputusan, mengadakan komunikasi antara pimpinan dan staf, memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompok dan memperbaiki sikap, pengetahuan maupun ketrampilan staf.  
Pengarahan (directing atau commanding) yang dilakukan dengan memberikan petunjuk-petunjuk yang benar, jelas dan tegas. Segala saran-saran atau instruksi kepada staf dalam pelaksanaan tugas harus diberikan dengan jelas agar terlaksana dengan baik terarah kepada tujuan yang telah ditetapkan.           

2.7 Teknik-Teknik Penggerakan yang Efektif      
          Menurut Azwar (1996) teknik-teknik penggerrakan yang efektif antara lain: 
Ø  Memberikan penjelasan kepada setiap orang yang ada dalam organisasi, mengenai tujuan yang harus dicapai.
Ø   Setiap orang harus menyadari, memahami serta menerima dengan baik tujuan tersebut.         
Ø  Pimpinan menjelaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditempuh oleh organisasi dalam usaha pencapaian tujuan.
Ø  Setiap orang harus mengerti struktur organisasi.
Ø  Setiap orang harus menjalankan peranan apa yang diharapkan oleh pimpinan organisasi dengan baik.
Ø  Menekankan pentingnya kerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan. 
Ø  Memperlakukan setiap bawahan sebagai manusia dengan penuh pengertian.
Ø  Memberikan penghargaan serta pujian kepada pegawai yang cakap dan teguran serta bimbingan kepada orang-orang yang kurang mempu bekerja.        
Ø  Meyakinkan setiap orang bahwa dengan bekerja baik dalam organisasi tujuan pribadi orang-orang tersebut akan tercapai semaksimal mungkin.

2.8 Fungsi actuating di Rumah Sakit         
RS adalah sebuah organisasi yang sangat kompleks. Manajemennya hampir sama dengan manajemen sebuah hotel. Yang membedakan hanya pengunjungnya. Pengunjung RS adalah orang yang sedang sakit dan keluarganya. Mereka pada umumnya mempunyai beban sosial-psikologi akibat penyakit yang diderita oleh salah seorang dari anggota keluarganya.
Kompleksitas fungsi actuating di sebuah RS dipengaruhi oleh dua aspek yaitu:
  • Sifat pelayanan kesehatan yang ientasi kepada konsumen penerima jasa pelayanan (customer service). Hasil perawatan pasien sebagai customer RS ada tiga kemungkinan yaitu sembug sempurna, cacat (squalae), atau mati. Apapun kemungkinan hasilnya, kualitas pelayananharus diarahkan untuk kepuasan pasien (customer satisfaction) dan keluarganya.
  • Pelaksanaan fungsi actuating cukup kompleks karena tenaga yang bekerja di RS terdiri dari berbagai jenis profesi.
Kompleksitas ketenagaan dan jenis profesi yang dimiliki oleh RS, menuntut dikembangkannya kepemimpinan partisipatif. Model kepemimpinan manajerial seperti ini akan menjadi salah satu faktor yang ikut menentukan mutu pelayanan RS (quality of services) karena pelayanan kesehatan di RS hampir semuanya saling terkait satu sama lain. Atas dasar ini, pelayanan di RS harus mengembangkan sistem jaringan kerja internal (networking) yang solid dan menunjang satu sama lain.
Sehubungan dengan kompleksitas sistem ketenagaan dan misi yang harus diemban oleh RS, penerapan fungsi actuating di RS akan sangat tergantung dari empat faktor. Faktor pertama adalah kepemimpinan direktur RS; kedua adalah koordinasi yang dikembangkan oleh masing-masing Wakil Direktur dengan kepala SMF dan kepala instalasinya; ketiga adalah komitmen dan profesionalisme tenaga medis dan non medis di RS (dokter, perawat, dan tenaga penunjang lainnya), dan keempat adalah pemahaman pengguna jasa pelayanan RS (pasien dan keluarganya) akan jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di RS.
Peranan dokter spesialis sangat besar pengaruhnya di dalam penerapan fungsi actuating ini. Sifat otonomi profesi di tiap-tiap SMF harus diiatur agar tidak menjadi penghambat penerapan fungsi actuating di RS. Untuk itu, mereka harus memahami benar visi dan misi RS yang ingin dikembangkan oleh pihak manajemen (direktur) RS. Oleh karena itu, fungsi RS harus dilihat dalam konteks kesatuan kerja dari sebuah tatanan sistem yang terpadu. Pelayanan kesehatan dimasing-masing SMF adalah subsistemnya.
Di pihak lain, intensitas dan frekuensi komunikasi abtara pihak pimpinan RS dan semua staf profesional harus berlangsung dinamis. Kepemimpinan, komunikasi, koordinasi merupakan faktor penting didalam pengembangan fungsi actuating. Ketiganya akan memudahkan penjabaran visi dan misi serta strategi pimpinan RS menembangkan mutu pelayanan kesehatan di masing-masing SMF.Di sisi lain, dibutuhkan juga peningkatan keterampilan manajerial di pihak pimpinan RS sehingga lebih mampu mengintregasikan masing-masing tugas SMF ke dalam satu kesatuan gerak (networking) yang harmonis dan saling menunjang peningkatan mutu pelayanan RS demi kepuasan pelanggannya. Jika pendekatan ini kurang dipahami oleh pihak manajemen RS dan pimpinan SMF, budaya kerja yang berorientasi kepada peningkatan mutu pelayanan RS tidak akan berkembang. Meraka cenderung akan bertindak sendiri, arogansi profesi dan dukungan sarana dan prasarana (input) pelayanan RS (teknologi dan peralatan kedokteran, logistik, keuangan, dan sebagainya) kurang mendapat perhatian. Untuk itu pengembangan budaya kerja staf di SMF harus diarahkan untuk mendukung tercapainya visi dan misi RS. Meraka harus menyadari akan peranannya sebagai staf RS yang diberikan tugas istimewa memberikan asuhan pelayanan medik dan kesehatan kepada masyarakat (customer) yang menggunakan jasa pelayanan RS. 
2.8 Fungsi actuating di PUSKESMAS
Agar perawatan kesehatan masyarakat dapat berjalan secara berhasil guna dan berdaya guna, maka dilakukan lokakarya mini puskesmas pada tingkat puskesmas atau di masyarakat yang mencakup :
  1. Menetapkan pembagian wilayah binaan
  2. Menetapkan penanggung jawab dan pelaksana kegiatan
  3. Menetapkan uraian tugas koordinator dan pelaksana puskesmas
  4. Koordinasi lintas program dan lintas sektoral dari instansi terkait
  5. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas puskesmas
  6. Menggerakkan partisipasi masyarakat/peran serta masyarakat dan pembinaan kader, daa wisma, dukun bayi,dll
  7. Menyediakan kesempatan konsultasi kepada koordinator, penanggung jawab daerah binaan atau pelaksana puskesmas
  8. Pimpinan puskesmas melaksanakan bimbingan teknis kegiatan puskesmas kepada koordinator dan penanggung jawab daerah binaan termasuk pelaksanaan puskesmas. Penerapan proses keperawatan dapat meminta bantuan tim penilaian atau kepada institusi pendidikan
  9. Pengembangan kegiatan - kegiatan inovatif sesuai kemampuan daerah/masyarakat.

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. HASAN SADIKIN BANDUNG TIPE B




      

Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) adalah rumah sakit yang terletak di Kota Bandung, tepatnya di jalan Pasteur nomor 38 Bandung 40161. Rumah sakit ini merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbentuk perusahaan jawatan. Sebelumnya rumah sakit ini bernama RS Rancabadak. Nama tersebut masih sering digunakan oleh masyarakat Bandung dan masih tampak dalam logonya yang berupa gambar badak yang sedang berendam di ranca (rawa dalam bahasa Sunda). Rumah sakit dengan tipe B Pendidikan ini sekarang dipimpin oleh seorang direktur utama yaitu dr. H. Bayu Wahyudi, MPHM.,SpOG.
Kini di usianya yang ke 87, RSHS statusnya telah menjadi rumah sakit umum pusat (RSUP) dan telah memiliki gedung megah yang sudah mirip dengan RS standar internasional di luar negeri serta telah menjadi rumah sakit rujukan di wilayah Jawa Barat. Rumah sakit ini juga menjadi rumah sakit tempat praktik bagi para mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Padjadjaran dan beberapa sekolah keperawatan.


DAFTAR NAMA PEJABAT STRUKTURAL & NONSTRUKTURAL
RSUP dr.HASAN SADIKIN BANDUNG 2012

  1. Direktur Utama : dr. H. Bayu Wahyudi, MPHM.,SpOG
  2. Direktur Medik & Keperawatan : dr. Rudi Kurniadi Kadarsah, Sp.An., MM, M.Kes
Direktorat Medik dan Keperawatan dipimpin oleh seorang Direktur yang berada dibawah dan bertanggung jawab Direktur Utama. Direktorat Medik dan Keperawatan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan pelayanan medis, pelayanan dan asuhan keperawatan serta penyel enggaraan rekam medik.
Direktorat Medik dan Keperawatan menyelenggarakan fungsi :
a.       Koordinasi pelaksanaan pelayanan medis, pelayanan dan asuhan keperawatan serta penyelenggaraan rekam medik.
b.      Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan medis, pelayanan dan asuhan keperawatan serta penyelenggaraan rekam medik.
  1. Direktur Sumber Daya Manusia & Pendidikan : Dr.dr. Agus Hadian Rahim, SpOT(K), M.Epid,MH.Kes
Direktorat Sumber Daya Manusia & Pendidikan mempunyai tugas melakukan pengelolaan sumber daya manusia serta pelayanan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan.
Direktur Sumber Daya Manusia & Pendidikan menyelenggarakan fungsi :
a.       Penyusunan dan penyediaan kebutuhan, tenaga kesehatan, dan tenaga non kesehatan rumah sakit
b.      Koordinasi dan pelaksanaan penyusunan program pengelolaan sumber daya manusia, pelayanan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan rumah sakit.
c.       Koordinasi rencana dan pengembangan sumber daya manusia,pelayanan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan rumah sakit.
Direktorat SDM dan Pendidikan bertugas melakukan pengelolaan sumber daya manusia, pelayanan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan. Menyelaraskan fungsi RSHS sebagai rumah sakit rujukan tertinggi di Provinsi Jawa Barat, saat ini Sumber Daya Manusia (SDM) di RSHS memiliki kualifikiasi yang baik, baik itu tenaga medis maupun tenaga administrasi.
  1. Direktur Umum & Operasional : dr. Edi Sampurno, SpP,MM
Direktorat Umum dan Operasional dipimpin oleh seorang Direktur yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Direktorat Umum dan Operasional mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan layanan umum, perencanaan dan pemasaran.
Direktorat Umum dan Operasional menyelenggarakan fungsi :
a.       Penyusunan program layanan umum, perencanaan dan evaluasi kegiatan rumah sakit, pengelolaan sistem informasi manajemen dan pemasaran.
b.      Pelaksanaan kegiatan layanan umum, perencanaan dan evaluasi kegiatan rumah sakit, pengelolaan sistem informasi manajemen dan pemasaran.
c.       Koordinasi pelaksanaan kegiatan layanan umum, perencanaan dan evaluasi kegiatan rumah sakit, pengelolaan sistem informasi manajemen dan pemasaran.
d.      Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan layanan umum, perencanaan dan evaluasi kegiatan rumah sakit, pengelolaan sistem informasi manajemen dan pemasaran.
Pelayanan umum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam perkembangan pelayanan rumah sakit secara keseluruhan, antara lain meliputi kegiatan ketata usahaan, kesekretarisan, hukum kemitraan dan kerumah tanggaan. Kegiatan TataUsaha antara lain mencakup administrasi sekitar 28,000 surat per tahun, 540 Surat Perjalanan Dinas dan Kesekretarisan Direksi RSHS.
  1. Direktur Keuangan : dr. R. Nina Susana Dewi, Sp.PK (K).,M.Kes.
Direktorat keuangan mengemban tugas meakukan pengelolaan keuangan dalam rumah sakit yang meliputi penyusunan dan evaluasi anggaran, perbendaharaan dan mobilisasi dana sert akuntansi dan verifikasi.
Direktorat keuangan menyelenggarakan fungsi :
a.       Koordinasi penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) rumah sakit.
b.      Penyiapan dokumen pelaksanaan anggaran
c.       Pengelolaan pendapatan dan belanja
d.      Penyelenggaraan pengelolaan kas
e.       Pengelolaan utang piutang
f.       Penyusunan kebijakan pengelolaan barang, aset tetap dan investasi
g.      Penyelenggaraan sistem informasi manajemen keuangan
h.      Penyelenggaraan akuntansi, dan penyusunan laporan keuangan
  1. Kabag. Perbendaharaan & Mobilisasi Dana : Ayi Wagiati Sari, SE.,MM
  2. Kabag. Akuntansi & Verifikasi : Lilis Risnawati, SE
  3. Kabag. Umum : Drs. Iman Sudradjat, MKM
  4. Kabag. SDM : Siti Mahmudah, SH.,MH.Kes
  5. Kabag. Perencanaan & Evaluasi: dr. Yana Akhmad Supriatna, SpPD-KP
  6. Kabag. Pendidikan & Penelitian : dr. Ruswana Anwar,Sp.OG(K),MKes
  7. Kabag. Penyusunan & Evaluasi Anggaran : Dr. drg. R. Indira Puspasari, MARS.
  8. Kepala Bidang Keperawatan : Airiyani S.Kp, MM
  9. Kepala Bidang Medik : dr. Bambang Am Am  Setya S.,Sp.B.
  10. Kepala Subag. Mobilisasi Dana Raden : Chandra Sukma K,SKM,M.Kes
  11. Kepala Subag. Perbendaharaan : Tri Handajani, SE, Ak, MM.
  12. Kepala Subag. Evaluasi Anggaran : Dra. Neti Mulyati, MM.
  13. Kepala Subag. Penyusunan Anggaran : Drs. David Darmin, MAP
  14. Kepala Subag. Akuntansi Keuangan & Verifikasi : Dra. Pinpin Siti Pudjiawati
  15. Kepala Subag. Akuntansi Manajemen : Dra. Renny Meisuburriyani
  16. Kepala Subag. Tata Usaha : Cucu Suhartini, SH.,M.Si.
  17. Kepala Subag. Hukum & Kemitraan : Drs. Argo Suryono
  18. Kepala Subag. Rumah Tangga : Budi Rahadian, S.Sos.
  19. Kepala Subag. Pengadaan & Mutasi Pegawai : Agus Suramto, S.Sos    .
  20. Kepala Subag. Kesejahteraan & Info. Pegawai : Drs. Indra Wirayuda
  21. Kepala Subag. Pengemb. & Pembinaan Pegawai: Ir. Budi Utomo
  22. Kepala Subag. Evaluasi : Drs. Doddy Mulyono, M.Pd
  23. Kepala Subag. Perencanaan : Dra. Martin Takarini, MAB
  24. Kepala Subag. Humas & Protokoler : dr. Teungku Djumala Sari
  25. Kepala Subag Diklit Medik : dr. Tertianto Prabowo, SpRM
  26. Kepala Subag Diklit Keperawatan Dan Non Medik : Edah Hayati, S.Kep.,Ners
  27. Ka.Sie Pel.Keperawatan Ruang Khusus : Purwo Suwignjo, S.Kp., M.Kep.
  28. Ka Sie Pel Keperawatan R. Jalan & R. Darurat : Juva Manurung,S.Kp
  29. Ka Sie Pel.Keperawatan Rawat Inap : Tina Patimah, S.Kep, Ners
  30. Ka Sie Rekam Medik : dr. Lilik Supremi Diah Arlinawati
  31. Ka.Sie Penunjang Medik : Dra. Sri Hartini, Apt., MSi.
  32. Ka.Sie Pelayanan Medik : dr. Sayu Wulan Sari Dewi, MH.Kes.

SPI, KETUA DAN WAKIL KETUA KOMITE
  1. Ketua Komite Medik : dr. Primal Sudjana, SpPD-KPTI, MH.Kes
Wakil Ketua Komite Medik : dr. Ike Sri Redjeki, SpAN.,KIC.,M.Kes
Komite medik merupakan wadah non stuktural kelompok profesional yang keanggotaannya terdiri dari Ketua Kelompok Staf Medis atau yang mewakili Komite Medik mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam hal menyusun standar pelayanan medis, pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan medis, hak klinis khusus kepada Staf Medis Fungsional, proram pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan.
  1. Ketua Komite Mutu dan Keselamatan Pasien : dr. Ina Rosalina Dadan, Sp.A(K),M.Kes,MH.Kes
Wakil Ketua Komite Mutu dan Keselamatan Pasien : dr. Melati Sudiro, Sp.THT-KL(K),M.Kes
  1. Ketua Komite Etik dan Hukum : dr. Udin Sabarudin Rachman, Sp.OG(K)-FM, MM,MH.Kes
Wakil Ketua Komite Etik dan Hukum : Drs. Ahmad Gozali, Apt.,MH.Kes
Komite Etik dan Hukum merupakan wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih dari dan diangkat oleh Direktur Utama. Komite Etik dan Hukum mempunyai tugas memperikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam hal menyusun dan merumuskan medicoetikolegal dan etik pelayanan rumah sakit, penyelesaian masalah etik kedokteran, etik rumah sakit serta penyelesaian pelanggaran terhadap kode etik pelayanan rumah sakit, pemeliharaan etika penyelenggaraan fungsi rumah sakit, kebijakan yang terkait dengan “Hospitl Bylaws” serta “Medical Staff Bylaws”, gugus tegas bantuan hukum dalam penanganan masalah hukum di rumah sakit.
  1. Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS): dr. Djatnika Setiabudi, Sp.A(K), MCTM


 KEPALA & WAKIL KEPALA INSTALASI
Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian rumah sakit. Pembentukan instalasi ditetapkan oleh Direktur Utama yang sesuai kebutuhan rumah sakit. Instalasi berada dibawah dan bertanggug jawab kepada direktur yang dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama. Kepala Instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga-tenaga fungsional dan atau non medis.
  1. Ka. Instalasi Gizi : Asep Ahmad Munawar, SKM.,MKM
  2. Ka. Instalsi Sistem Informasi Rumah Sakit : Wiyogo Wahyu Utomo, ST., M.Kom.
  3. Wa. Ka. Instalasi Sistem Informasi Rumah Sakit : Dadan Teja Nugraha, ST, M.Kom.
  4. Ka. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit : dr. Zulfikar DLH,  SpA(K), M.Kes
  5. Wa. Ka. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit : Ir. Suwarna
  6. Ka. Instalasi Kesehatan Lingkungan Dan K3 : Susi Sugiarti Puspitorini, SKM
  7. Ka. Instalasi Promkes.,Pemasaran&Pengaduan Masy. : dr. Hedda Hendratini
  8. Ka. Instalasi Rawat Inap Khusus Paviliun Parahyangan : Dr.dr.Tono D. Djuharno,SpOG(K),FER.,M.Kes
  9. Wa. Ka. Instalasi Rawat Inap Khusus Parahyangan : dr. Ria Bandiara, SpPD-KGH
  10. Ka Instalasi Teknologi & Reproduksi Berbantu : Dr.dr. Wiryawan Permadi, SpOG(K)
  11. Ka Instalasi Bedah Central : dr. Maman Wastaman Rozak, SpB-KBD
  12. Wa Ka Instalasi Bedah Central : dr. Erwin Pradian, SpAN,M.Kes
  13. Ka. Instalasi Rawat Intensif : dr. Ruli Herman Sitanggang, SpAn-KIC
  14. Wa Ka Instalasi Rawat Intensif : dr. Sobaryati, Sp.S-KIC, M.Kes
  15. Ka Instalasi Gawat Darurat : dr. Monty Prio Soedewo S., SpB(K)-Onk.,M.Kes
  16. Wa. Ka. Instalasi Gawat Darurat : dr. Doddy Tavianto, SpAn (K)
  17. Ka. Instalasi Haemodialisa : dr. Rubin Gondodiputro, SpPD-KGH
  18. Ka. Instalasi Rawat Jalan : Dr.dr.Hikmat Permana, SpPD-KEMD
  19. Wa. Ka Instalasi Rawat Jalan : dr. Lina Lasminingrum, Sp.THT- KL.,M.Kes
  20. Ka Instalasi Farmasi : Dra. Susilawati, Apt.,Msi
  21. Wa. Ka. Instalasi Farmasi : Dra. Gusti Yantin, M.Kes
  22. Wa. Ka. Instalasi Radioterapi : dr. Retno Kuntari W, Sp.Onk-Rad
  23. Ka. Instalasi Rekam Medis : Jaka Kusnandar, SKM
  24. Ka. Instalasi Pendidikan Dan Penelitian : dr. Diah Asri Wulandari, SpA
  25. Ka Instalasi Rawat Inap : Dr.dr. Emmy Hermiyanti P., SpPD-KP, KIC
  26. Ka Instalasi Gedung Kemuning : dr. R. Maman Abdurahman, SpB(k) Onk
  27. Wakil Kepala Instalasi Gedung Kemuning : dr. Susi Susanah, SpA(K),M.Kes
  28. Kepala Instalasi CSSD : Nina Kirana Poetri Trijuliati, SKp
  29. Kepala Instalasi Pelayanan Jantung : dr. Toni Mustahsani Aprami, SpPD.,SpJP
  30. Kepala Instalasi Binatu : Dra. Hegandari Sarasti Rahayu, Apt

KEPALA STAF MEDIK FUNGSIONAL (SMF)
Staf Medik Fungsional adalah kelompok dokter yang bekerja di bidang medis dalam jabatan fungsional. Staf Medik Fungsional mempunyai tugas melaksanakan diagnosa, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan, penyuluhan, pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan. Dalam melaksanakan tugasnya, Staf Medik Fungsional menggunakan pendekatan tim dengan tenaga profesi terkait.
  1. Kepala SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin : dr. Jono Hadi Agusni, Sp.KK(K)
  2. Kepala SMF Ilmu Kedokteran Nuklir : dr. A. Hussein S Kartamiharja,Sp.KN,MH.Kes.
  3. Kepala SMF Bedah Mulut : drg. Tis Karasutisna, Sp.BM
  4. Kepala SMF Anestesiologi dan Reanimasi : dr. Ike Sri Redjeki, Sp.An.,KIC, M.Kes
  5. Kepala SMF Orthopaedi dan Traumatologi : Dr.dr. Nucki Nursjamsi Hidajat, Sp.OT(K)., M.Kes
  6. Kepala SMF Kedokteran Forensik : dr. Noorman Herryadi,Sp.F, SH
  7. Kepala SMF Patologi Klinik : Prof.Dr.dr.Ida Parwati, Sp.PK(K).
  8. Kepala SMF Ilmu Bedah : dr. Nurhayat Usman, SpB-KBD
  9. Kepala SMF Radiologi : Dr. dr. Ristaniah D. Soetikno, Sp.Rad(K)., M.Kes
  10. Kepala SMF Patologi Anatomi : dr. Bethy Suryawathy Hernowo, Sp.PA(K), PhD
  11. Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi : Prof.Dr. dr. Jusuf Sulaeman Effendi, Sp.OG.,KFM
  12. Kepala SMF Ilmu Penyakit Saraf : dr. Nani Kurniani, Sp.S(K)
  13. Kepala SMF Farmakologi Klinik : dr. Suryo Sutanto
  14. Kepala SMF Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT) : dr. Ratna Anggraeni S.Poerwana, Sp.THT-KL(K) M.Kes
  15. Kepala SMF Ilmu Kesehatan Anak : Prof. Dr. dr. Nanan Sekarwana,  Sp.A(K), MARS
  16. Kepala SMF Kesehatan Gigi dan Mulut : drg. Etty Sofia Mariati Asnar, Sp.KGA
  17. Kepala SMF Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi : dr. Marina Annete Moeliono, Sp.KFR
  18. Kepala SMF Ilmu Penyakit Dalam : dr. Primal Sudjana, Sp.PD-KPTI,MH.Kes
  19. Kepala SMF Ilmu Kedokteran Jiwa : dr. Arifah Nur Istiqomah, Sp.KJ
  20. Kepala SMF Bedah Saraf : dr. M. Zafrullah Arifin,SpBS













DAFTAR PUSTAKA

thesis.binus.ac.id/Asli/Bab3/2008-1-00119-IF%20BAB%203.pdf
















TUGAS
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HASAN SADIKIN BANDUNG TIPE B


OLEH :

NUR FITRI LAYLA
F1D2 10 094


JURUSAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013